Festival Bantargebang 2025
(English below)
Wilayah TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, merupakan lingkungan yang inspiratif sekaligus problematis. Tiga kelurahan (Ciketing Udik, Cikiwul, Sumur Batu) di area ini diisi oleh perkampungan, persawahan, perkebunan yang telah hidup berdekatan dengan gunungan sampah, fasilitas pengelolaan sampah, pemukiman pemulung, pengepulan sampah, serta pabrik dan sarana industri. Gunung sampah yang masif dan gigantik yang berdampak pada lingkungan hidup, lingkungan fisik, serta lingkungan ekonomi-sosial warga hingga mental, perasaan dan pandangan personal warga selalu mengirimkan getar dramatis kepada diri setiap seniman, budayawan, pekerja sosial dan setiap orang yang memasuki wilayah tersebut.
Para pemulung memungut sampah plastik dan sampah berharga lainnya hingga malam hari dengan menggunakan head-lamp, membuat pemandangan mirip serakan kunang-kunang di ketinggian yang menghasilkan ironi keindahan di atas gunung sampah. Paginya petani menggarap sawah dan anak-anak bermain dengan latar belakang juga gunung sampah. Berada di atas gunung sampah itu sendiri dengan berbagai objek yang menyimpan dan menyebarkan bebauan lalu menatap ke sekitarnya, kita dihantarkan pada kecamuk perasaan yang sulit terkatakan.
Polarisasi dalam masyarakat terasa diam-diam terjadi dan berpotensi menghasilkan persoalan signifikan di masa depan dengan jejalin urusan dan bisnis persampahan serta kontribusi terhadap krisis iklim. Semua ini membuat wilayah TPST Bantargebang sebagai gudang ide tiada habisnya bagi kegiatan seni budaya dan kerja-kerja sosial, dari misi pendidikan untuk anak-anak pemulung hingga pergelaran karya seni pertunjukan site-specific.
Berikut rumusan permasalahan yang dihadapi dan dimunculkan oleh lingkungan TPST Bantargebang:
1. Dengan potensi meluasnya area TPST Bantargebang, maka ancaman dan gangguan terhadap harmonisasi kehidupan bersama semakin meningkat
2. Kurang hadirnya ruang budaya yang intensif di lingkungan TPST Bantargebang yang berfungsi sebagai wadah inkubasi kreatifitas warga dalam menangani isu
3. Belum adanya buku induk yang memetakan persoalan di lingkungan TPST Bantargebang
Dengan dilatarbelakangi situasi, kondisi dan permasalahan seperti dideskripsikan di atas, Artery Performa menginisiasi dan akan menyelenggarakan Festival Bantargebang 2025 melalui penjelajahan, pemanfaatan dan pendayagunaan ruang publik di lingkungan TPST Bantargebang seperti lingkungan gunung sampah, fasilitas pengelolaan sampah, lapangan, lingkungan perkampungan, lingkungan pemukiman pemulung, basecamp komunitas dan sekolah.
Festival Bantargebang 2025 ingin berkontribusi dalam:
1. Membangun oase sosial bagi warga dan lingkungan TPST Bantargebang lewat seni budaya
2. Mendorong warga lingkungan TPST Bantargebang untuk berperan aktif sebagai inisiator, kreator, apresiator kesenian dan kebudayaan serta pegiat kegiatan sosial dan lingkungan hidup
3. membangun kehidupan seni budaya yang sehat dan berkelanjutan di lingkungan TPST Bantargebang dengan pembentukan sanggar dan komunitas seni budaya di lingkungan TPST Bantargebang sebagai wadah inkubasi kreatifitas warga dalam menangani isu.
Mari merubah citra lingkungan TPST Bantargebang dari citra gunung sampah ke citra lingkungan yang berbau seni budaya dengan berbagai kegiatan pada festival ini yang berlangsung pada tanggal 1 hingga 12 Mei 2025: jalan-jalan di Bantargebang (residensi), lokakarya seni, pertunjukan, diskusi, pameran dan penerbitan buku.
Mohon doa restu dan dukungannya!
***
The Bantargebang Landfill (Integrated Waste Management Site), Bekasi, West Java, is an inspiring and problematic environment. Three sub-districts (Ciketing Udik, Cikiwul, Sumur Batu) in this area are filled with villages, rice fields, plantations that have lived close to mountains of garbage, waste management facilities, scavenger settlements, waste storage, factories, and industrial facilities. The massive mountain of trash that impacts the environment, physical environment, and the economic-social environment of residents to the mentality, feelings, and personal views of residents always send dramatic vibrations to every artist, cultural figure, social worker, and everyone who enters the area.
The scavengers collect plastic waste and other valuable waste until nighttime using headlamps, creating a view similar to a scattering of fireflies at a height that produces an ironic beauty on top of the mountain of garbage. In the morning, farmers work on the rice fields and children play with the background also of the mountain of garbage. Standing on the mountain of garbage itself with various objects that store and spread odors and then looking around, we are led to a turmoil of feelings that are difficult to express.
Polarization in society feels like it is happening quietly and has the potential to produce significant problems in the future with the intertwining of waste affairs and businesses and contributions to the climate crisis. All of this makes the Bantargebang landfill area an endless storehouse of ideas for arts and culture activities and social work, from educational missions for scavenger children to site-specific performances.
The following is a formulation of the problems faced and raised by the Bantargebang landfill environment:
1. With the potential for the expansion of the Bantargebang landfill area, the threat and disruption to the harmony of communal life are increasing
2. Lack of intensive cultural space in the Bantargebang landfill environment which functions as a place to incubate the creativity of residents in handling issues
3. No master book maps the problems in the Bantargebang landfill environment
With the background of the situation, conditions and problems as described above, Artery Performa initiated and will hold the Festival Bantargebang 2025 through exploration, utilization and empowerment of public spaces in the Bantargebang landfill environment such as the garbage mountain environment, waste management facilities, fields, village environments, scavenger settlement environments, community basecamps and schools.
Festival Bantargebang 2025 wants to contribute in:
1. Building a social oasis for residents and the environment of Bantargebang landfill through arts and culture
2. Encouraging residents of Bantargebang landfill to play an active role as initiators, creators, appreciators of arts and culture as well as activists in social and environmental activities
3. Building a healthy and sustainable arts and culture life in the Bantargebang landfill environment by establishing studios and arts and culture communities in the Bantargebang landfill environment as a place to incubate residents' creativity in dealing with issues.
Let's change the environmental image of the Bantargebang landfill from the image of a mountain of garbage to the image of an environment that smells of art and culture with various activities at this festival which will take place from 1 to 12 May 2025: residency, art workshops, performances, discussions, exhibitions and book publications.
Please support us!
Comments
Post a Comment