Kemanakah Sampah ini Berakhir? / Where does this waste end up?
Oleh Suwarni a.k.a Adek Ceeguk
(English below)
Setidaknya begitulah pertanyaan yang terbersit di benak saya ketika petugas pengangkut sampah mengambil buntelan-buntelan plastik yang berisi sampah rumah tangga secara rutin dari setiap rumah. Biasanya petugas sampah akan datang mengambil sampah sebanyak dua kali dalam seminggu. Petugas sampah menggunakan sepeda motor roda tiga dengan bak terbuka di bagian belakang. Sebagai warga di salah satu komplek perumahan di kelurahan Bojong Rawalumbu, Bekasi, saya sering membuang apa saja di tempat sampah di depan rumah, termasuk baterai yang sudah habis dipakai, botol bekas oli atau apa saja yang menurut saya sudah menjadi sampah. Hal itu saya lakukan karena saya memang tidak mengetahui akses pengelolaan sampah yang memilah antara organik dan anorganik.
Setelah beberapa bulan waktu berlalu, saya baru mengetahui bahwa ada bank sampah yang dikelola oleh pengurus RW, tetapi antusias dan kesadaran warga masih sangat kurang untuk menyetor sampah yang dapat didaur ulang ke bank sampah RW. Hal ini saya ketahui setelah saya bertanya langsung kepada pengurus RT tempat saya tinggal. Sedangkan saya sendiri memlih untuk memberikan sampah berupa botol plastik dan kardus bekas ke petugas sampah daripada menyetornya ke bank sampah karena ada ketentuan minimal volume sampah yang bisa disetor ke bank sampah. Adanya rasa malas menimbun sampah sebelum disetor ke bank sampah inilah yang menyebabkan minimnya partisipasi warga untuk menyetor sampah ke bank sampah.
Dari pengamatan saya, setiap kali membuang sampah, ibu-ibu rumah tangga rata-rata membuang satu kantong plastik berisi sampah setiap harinya. Menurut perhitungan saya, kurang lebih satu kilogram sampah saya buang setiap harinya, berupa sampah dapur seperti tangkai sayuran, kulit buah dan cangkang telur. Saya juga membuang sampah rumah tangga yang lain seperti daun tanaman yang kering, kertas-kertas, kemasan produk makanan dan detergen. Jika saya hitung secara kasar, dalam satu RT ada 50 rumah yang membuang satu kilogram sampah per rumah setiap harinya. Jika dikali tujuh hari, maka akan didapat 350 Kg sampah yang dibuang setiap minggunya. Sementara ada sembilan RT di lingkungan RW tempat saya tinggal.
Lalu kemanakah sampah ini selanjutnya dibuang? Tentu saja tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi jawaban yang secara cepat muncul di benak saya. Jika siklus yang terjadi setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setap tahun terus menerus seperti itu, maka isi planet ini akan dipenuhi sampah. Dan kehidupan selanjutnya semakin terdesak oleh ketidakseimbangan ekosistem yang mempengaruhi iklim secara luas lagi.
Betapa banyaknya sampah yang dihasilkan manusia setiap harinya. Sedangkan persoalan sampah ini tidak akan selesai hanya dengan memikirkannya saja, harus ada tindakan nyata untuk menyelamatkan kehidupan generasi anak cucu cicit kita selanjutnya.
Pada tahun 2018, saya terlibat dalam acara festival seni yang penyelenggaraannya disponsori oleh perumahan Vida di kota Bekasi. Di acara ini, saya mengenal Waste4Change dan mencari tahu lebih jauh apa yang dilakukan oleh perusahaan pengelolaan sampah tersebut di internet. Lalu saya menemukan beberapa tulisan yang menarik tentang pengelolaan sampah di website Waste4Change. Inilah sebuah perusahaan yang melakukan pengelolaan sampah di beberapa kota besar di Indonesia sehingga dapat dikatakan berskala nasional atau bahasa Inggrisnya Waste Management Indonesia.
Ternyata Waste4Change sudah melakukan upaya-upaya untuk mereduksi kapasitas sampah yang berujung di TPA. Oh ya, sekarang kepanjangan TPA berubah menjadi Tempat Pemrosesan Akhir, bukan lagi Tempat Pembuangan Akhir. Waste4Change menyediakan layanan sampah 100 % lengkap bagi perusahaan, gedung dan pelaku bisnis. Hingga pertengahan bulan April 2021 ini, Waste4Change telah berhasil mendaur ulang sampah sebanyak 133.823 Kg. Wow! Dan Waste4Change kini tersedia di berbagai kota dengan berbagai pelayanannya.
Waste4Change mengkampanyekan tidak adanya lagi sampah yang bercampur-baur karena mustahil kehidupan manusia di muka bumi ini tidak menghasilkan sampah. Seberapa pun besarnya usaha manusia untuk mereduksi sampah, harus diakui, upaya itu masih menemui kesulitan. Menurut Waste4Change, kita semua bisa melakukan tanggung jawab kita mengelola sampah kita sendiri sejak dari rumah. Kita bisa melakukan pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik.
Dengan menjadi klien Waste4Change, perusahaan-perusahaan sebenarnya dapat memetik faedah tersendiri. Selain ikut serta mengurangi tumpukan sampah di TPA, pemahaman dan kesadaran para karyawan di perusahaan itu tentang persoalan lingkungan hidup, khususnya masalah sampah, akan turut tercipta. Terakhir, tentu saja reputasi perusahaan tersebut menjadi lebih baik di mata masyarakat serta pemerintah. Karena dengan melakukan pengelolaan sampah yang baik, perusahaan tersebut telah menaati sejumlah peraturan pemerintah.
Selain menyediakan layanan bagi perusahaan-perusahaan, Waste4Change juga menerima pembuangan sampah dari rumah-rumah warga. Ini yang membuat saya bahagia dan bersemangat. Waste4Change menyediakan layanan Personal Waste Management. Inilah jasa pengumpulan sampah anorganik dimana sampah-sampah dijemput langsung ke rumah warga. Dengan adanya pelayanan seperti ini, Waste4Change juga bercita-cita untuk menaikkan pemasukan ekonomi bagi para petugas dan pengelola sampah. Kolaborasi yang dilakukan dengan masyarakat ini, selain mengajak masyarakat untuk memisah-misahkan jenis-jenis sampah, juga mengajak masyarakat untuk mendukung kehidupan ekonomi aste4Change, perusahaan-perusahaan sebenarnya dapat memetik faedah tersendiri. Selain ikut serta mengurangi tumpukan sampah di TPA, pemahaman dan kesadaran para karyawan di perusahaan itu tentang persoalan lingkungan hidup, khususnya masalah sampah, akan turut tercipta. Terakhir, tentu saja reputasi perusahaan tersebut menjadi lebih baik di mata masyarakat serta pemerintah. Karena dengan melakukan pengelolaan sampah yang baik, perusahaan tersebut telah menaati sejumlah peraturan pemerintah.
Dengan keberadaan Waste4Change ini yang jaraknya juga dekat dengan rumah saya, kini saya tahu kemana sampah-sampah saya berakhir. Setidaknya saya bisa mengurangi gunungan sampah di TPA Bantar Gebang, Bekasi, dengan memantapkan diri menjadi mitra Waste4Change dan mengajak warga di lingkungan saya untuk memilah sampah terutama sampah anorganik. Sebagai langkah awal, saya mengajak tetangga dekat rumah untuk memilah sampah di rumahnya. Khusus untuk sampah kaca, saya sendiri yang akan mengantar sampah tersebut ke Waste4Change yang berada di perumahan Vida, Bekasi. Saya berharap dari langkah sederhana yang saat ini sudah dilakukan, nantinya akan tumbuh kesadaran dari setiap anggota keluarga untuk peduli dengan sampah yang mereka buang setiap harinya.*
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change: Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021
Nama penulis: Suwarni
Comments
Post a Comment