Dunia Asam Basa (The acid-base World)

Lihat video di/See the video on:

https://www.youtube.com/watch?v=liVwZMCidl8&t=55s & https://www.youtube.com/watch?v=ZlHfQ7MKvv4

Teater Kipas SMAN 02 Kota Bekasi berkolaborasi dengan Artery Performa, mempersembahkan: DUNIA ASAM BASA Karya: Dendi Madiya & Teater Kipas Sutradara: Dendi Madiya & Nadia Utama S. Gagasan Teater: Kipas Penyusun Naskah: Dendi Madiya, Nadia Utama, Nadiah Aprilia Pemain: Nadiah Aprilia, Abiel Karleoni, Riego M. Effendi, Bela Riesti, Clarisya Putri, Dhea Arsita, Sinta Pratama, Ynez Permata, Alyauma Maulidini, Grace Agnez, Cecilia Emeralda, Ramanda Raihan, Nadhia Rahmani, Nicholas Sitompul, Tiara Anindiya, Nadhilla, Wiza Kemala, Difa Ayu, Fadliyah Rani, Luthfiyana Rahma, Yulia Pratiwi Pimpinan Produksi: Nadiah Aprilia Asisten Sutradara: Riego M. Effendi, Adek Ceeguk Penata Artistik: Teater Kipas Penata Musik: Tembung Penggalih Penata Cahaya: Fahmi Ulhaq Make-Up, Kostum, Maket: Teater Kipas Desain Grafis: Nadiah Aprilia Stage Manager: Adek Ceeguk Kru: Fidelis Krus Yosua, Ian SKM dalam Festival Teater SLTA Se-Jabodetabek Ke-25 Sabtu, 12 September 2015 Pukul 19.00 WIB di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, Bulungan Isi Fragmen Aku hilang. Dia hilang. Kamu hilang. Mereka hilang. Di sekolah, tidak ada kamu dalam dirimu. Pelajaran dan tugas yang kita hadapi menghasilkan langkah-langkah yang berat. Kita limbung. Menyeret tubuh kita untuk berangkat ke sekolah dan pulang dari sekolah. Kita banyak mengantuk dan tertidur di kelas. Kepala kita terpecah-pecah. Kenapa tidak ada kurikulum yang tepat buat kita? Kita ‘ada’ di luar sekolah. Hanya saat berada dengan teman-teman sebaya dan ketika kamu sendiri. Bagaimana dengan ayah? Ayah mencari kamu untuk membentuk kamu di luar dirimu. Bagaimana dengan ibu? Ibu bicara denganmu agar kamu mau masuk jurusan IPA. Tak ada jurusan bahasa dalam kepala mereka. Begitu pula jurusan budaya. Di sekolah, Ilmu Pengetahuan Sosial pun seakan pilihan yang tidak penting. Kita sendiri tidak merasa di rumah saat berada di sekolah. Kita sudah berhadapan dengan dinding tebal sejak dari pintu gerbang. Kenapa orang-orang dewasa itu tidak bisa menjadi orang tua kita di sekolah? Kita berjualan aneka makanan. Kita mencari uang di sekolah untuk membiayai organisasi ekskul yang kita sayangi dan jarang mendapat sentuhan dari pihak sekolah. Sebuah sekolah dengan aturan-aturan yang tidak kita pahami mau membawa kita kemana, selain kepada kesimpulan bahwa ‘hidup ini menyebalkan.’* Konsep Pertunjukan Pentas ini mengangkat teks-teks verbal yang ditulis oleh anggota Teater Kipas dalam merespon keseharian dunia pendidikan di sekolah yang mereka jalani. Teks-teks verbal itu disusun menjadi rangkaian fragmentasi melalui ‘pidato-pidato curhat,’ gerak grouping, cuplikan drama, simulasi keseharian mereka di sekolah, musik serta lagu, juga video realitas dan caption slide tematis. Pidato atau sering kami sebut sebagai ‘monolog curhat’ itu dibawa ke arah perlakuan yang paling dekat dengan diri para siswa. Pertunjukan ini mencoba untuk mengeksplorasi kebersahajaan kondisi fisik dan psikis pelajar. Tubuh yang cenderung memberat di bagian kepala karena telah dihajar sekian banyak jam pelajaran dan tugas sekolah. Tubuh yang limbung. Tubuh-tubuh yang terhambat dalam bergerak. Pentas ini berusaha untuk menjembatani teater dengan keseharian mereka. Dialog antara diri mereka sendiri dengan kenyataan, melalui teater.*

***

Teater Kipas SMAN 02 Kota Bekasi collaborated with Artery Performa, presented: The acid-base World By: Dendi Madiya & Teater Kipas Director: Dendi Madiya & Nadia Utama S. Ideas: Teater Kipas Scriptwriter: Dendi Madiya, Nadia Utama S., Nadiah Aprilia Performer: Nadiah Aprilia, Abiel Karleoni, Riego M. Effendi, Bela Riesti, Clarisya Putri, Dhea Arsita, Sinta Pratama, Ynez Permata, Alyauma Maulidini, Grace Agnez, Cecilia Emeralda, Ramanda Raihan, Nadhia Rahmani, Nicholas Sitompul, Tiara Anindiya, Nadhilla, Wiza Kemala, Difa Ayu, Fadliyah Rani, Luthfiyana Rahma, Yulia Pratiwi Head of Production: Nadiah Aprilia Assistant Director: Riego M. Effendi, Adek Ceeguk Artistic Designers: Teater Kipas Music Designers: Tembung Penggalih Lighting Designer: Fahmi Ulhaq Make-Up, Costume, Maket: Teater Kipas Graphic Design: Nadiah Aprilia Stage Manager: Adek Ceeguk Crew: Fidelis Krus, Ian SKM in the 25th Jabodetabek High School Theater Festival Saturday, September 12, 2015 At 19:00 pm at South Jakarta Youth Arena, Bulungan Fill Fragments I'm lost. He's gone. You are lost. They are gone. At school, there is no you in you. The lessons and the tasks we face produce severe steps. We are swayed. Dragged our bodies to go to school and come home from school. We sleep a lot and fall asleep in class. Our heads are fragmented. Why no curriculum is right for us? We 'exist' outside the school. Only when you are with peers and when you are alone. What about father? Father is looking for you to mold you out of you. How about mom? Mother talk to you so you want to go to science majors. No language majors in their heads. Similarly, cultural majors. In school, Social Sciences also seemed an unimportant choice. We ourselves do not feel at home while in school. We've been dealing with thick walls since from the door gate. Why the adults can not be our parents at school? We sell various foods. We make money at school to finance the organization our beloved exclusives and rarely get a touch of the school. A school with its rules we do not understand want to take us where, other than to the conclusion that 'life is annoying.' * Performance Concepts This performance raised verbal texts written by members of Teater Kipas in responding to the daily world of education in the school they live. The verbal texts are organized into fragmentation through 'speech speeches,' grouping movements,drama footage, their daily simulations at school, music and songs, as well as reality videos and thematic slide. Speeches or often referred to as 'heartbreaking monologues' are brought to the treatment closest to the students themselves. The show tries to explore the simplicity of the physical and psychic condition of the learner. The body tends to weigh on the head because it has been beaten so many hours of lessons and schoolwork. A staggering body. The bodies are blocked in motion. This stage is trying to bridge theater with their daily life. Dialogue between themselves and reality, through theater. *